Category:

News

PRUSA: Dari Bursa Untuk Bangsa

April 19, 2021·15 min read
PRUSA: Dari Bursa Untuk Bangsa

Perhimpunan Pelajar Indonesia di Bursa-Turki (PPI Bursa) telah sukses melaksanakan kegiatan berbasis pengabdian masyarakat bernama Pelajar Bursa untuk Indonesia (PRUSA) pada tanggal 16-22 Agustus 2019 di Desa Mekarmanik, Kabupaten Lebak, Provinsi Banten. Kegiatan sepekan lamanya ini, merupakan program kerja tahunan Divisi Sosial, Budaya, dan Olahraga PPI Bursa yang ditargetkan untuk membangun desa-desa tertinggal sebagai bentuk pengabdian mahasiswa diaspora di Bursa untuk Indonesia. Dalam susunan kepanitiaannya, PRUSA juga terbuka pada mahasiswa di luar wilayah Bursa untuk menjadi relawan. Bersama-sama, 28 panitia dan 15 relawan menyukseskan kegiatan perdana PRUSA. Dalam kesempatan ini juga dihadirkan tamu undangan dari Turki sejumlah empat orang yaitu; Erol Öztamur (Founder International Damla Association), Umut Kılıç (Co-Founder International Damla Association), Canan Çakır (Guru SMA Internasional Imam Hatip) dan Meryem Ğülce (Siswa Bursa Nilüfer NOSAB).

Lika-liku Perjalanan PRUSA

Hari pertama, segenap panitia PRUSA berangkat dari Jakarta bekerja sama dengan Double Cabin Indonesia pada tanggal 16 Agustus 2019 dan langsung disambut dengan hangat dan sederhana oleh warga Desa Mekarmanik di rumah Kepala Desa Mekarmanik, Bapak Aliyuddin. Meski perjalanan panjang dan medan yang dihadapi cukup berat, tidak menyurutkan semangat panitia untuk langsung melaksanakan kegiatan pertama keesokan harinya. Diawali dengan kegiatan memanen padi, tamu undangan dari Turki terlihat sangat menikmati prosesnya, dilanjutkan dengan penanaman bibit durian di kebun. Bibit durian tersebut diberikan nama sebagai pengingat atas upaya yang dilakukan, salah satunya disematkan nama Presiden Turki Recep Tayyip Erdoğan. Nantinya, hasil panen durian akan dinikmati oleh warga dan 10% keuntungannya akan disalurkan kepada Istana Belajar Anak Banten (Isbanban) untuk beasiswa pendidikan anak-anak Desa Mekarmanik.

Tanggal 17 Agustus 2019, bertepatan dengan peringatan 74 tahun Indonesia merdeka, PRUSA juga berkesempatan merayakan kemerdekaan Indonesia bersama warga Desa Mekarmanik dengan menyelenggarakan berbagai perlombaan. Hari itu ditutup dengan seminar “Mudahnya Jadi Pengusaha Masa Kini” oleh Bapak Rahmat Hidayat (Ambassador Leader Club Halal Network International). Seminar tersebut diharapkan mampu memantik warga desa agar memulai enterpreneurship walau dengan segala keterbatasan dan halangan yang ada.

Meski sudah tiba di Desa Mekarmanik sejak 16 Agustus 2019, pembukaan PRUSA sendiri baru bisa terlaksana di hari ketiga kedatangan, Ahad (18/08/2019). Tamu undangan dari Turki diarak oleh Kang Nong Banten dan disambut meriah oleh warga. Secara resmi PRUSA dibuka dengan pemotongan nasi tumpeng oleh Bapak Aliyuddin, Kepala Desa Mekarmanik, Bapak Rully Edward, S.Sos., M.Si., Camat Bojongmanik, Perwakilan Dispar Lebak beserta Saija Adinda Lebak, Kang Nong Banten dan keempat tamu dari Turki. Setelah acara pembukaan dilanjutkan oleh Silang Budaya Indonesia-Turki. Kebudayaan Indonesia ditampilkan oleh sanggar tari Dispar Lebak dan Kang Nong Banten. Sedangkan Kebudayaan Turki ditampilkan langsung oleh tamu undangan dari Turki. Di penghujung acara, mereka saling berbaur dan belajar tari tradisional Indonesia dan Turki. Setelahnya, di Aula Madrasah, seminar pendidikan oleh Panji Aziz Pratama (Founder dan CEO Isbanban Foundation) dilaksanakan. Menjelang sore, dua kegiatan kesehatan dilaksanakan bersamaan di lokasi berbeda. Seminar kesehatan oleh dr. Fadlika Harinda dan sosialisasi menyikat gigi oleh drg. Ufo Pramigi dengan peserta anak-anak dilaksanakan di Madrasah. Sedangkan pengobatan gratis untuk penduduk usia dewasa oleh Dompet Dhuafa dilaksanakan di Lapangan.

Di hari keempat dan kelima, PRUSA melaksanakan kegiatan belajar mengajar (KBM) di SDN 01 Mekarmanik. Ada yang berbeda dari KBM pada umumnya. Hanya di PRUSA terdapat pembelajaran bahasa Turki langsung oleh warga negara Turki. Para siswa terlihat sangat semangat belajar dan melakukan berbagai kegiatan yang meningkatkan kreativitas. Di hari keempat seusai KBM, sebagian panitia PRUSA melukis mural di dinding madrasah, sedang sebagian lainnya berkunjung ke rumah warga-warga untuk mendengarkan cerita mereka dan menyalurkan aspirasi ke Kepala Desa. Selepas KBM di hari kelima, beberapa panitia melaksanakan seminar pendidikan di SMPN 1 Bojongmanik, yang jaraknya cukup jauh dengan kondisi jalan berbatu. Di saat bersamaan, panitia perempuan melaksanakan seminar mengaji dengan peserta ibu-ibu dipimpin oleh Ustadz Asep Hermawan (Yayasan Maqdis) dan panitia laki-laki beserta warga membangun sistem pengairan desa. Meski bisa dikatakan kegiatan hari itu merupakan hari terpadat, baik panitia dan warga desa tidak merasa lelah. Bahkan, tatkala malam hari, Pentas Seni Mekarmanik dilaksanakan. Berbagai pertunjukkan ditampilkan oleh tamu undangan dari Turki, warga desa dan panitia. Hingga akhir acara, warga desa masih setia menunggu dan meramaikan pembagian kerudung, sikat gigi, pasta gigi, serta sabun dari para donatur yang dermawan.

Hari keenam, PRUSA harus meninggalkan Desa Mekarmanik pada tanggal 21 Agustus 2019. Penutupan PRUSA berlangsung haru tatkala siswa SDN 01 Mekarmanik melepas kepergian panitia dengan melambaikan bendera Indonesia dan bendera Turki di tangan mereka. Meski PRUSA ditutup, rangkaian acara PRUSA baru saja di mulai di tempat lain, yakni kunjungan wisata. Destinasi pariwisata pertama yang dituju adalah Perkampungan Adat Baduy. Tamu undangan dari Turki sangat tertarik dengan kehidupan suku Baduy dan banyak bertanya untuk menjawab rasa penasarannya selama bermalam di Kampung Baduy Luar.

Di hari terakhir, PRUSA melanjutkan perjalanannya ke Pantai Tanjung Lesung dan disambut sangat baik oleh Dispar Banten. Tidak berlama-lama, Curug Putri segera menjadi tujuan akhir perjalanan PRUSA. Meski harus menyusuri jalan sempit dan berbatu selama 20 menit menuju Curug Putri, kelelahan itu terbayar sudah setibanya di lokasi. Segarnya air Curug Putri bukan hanya jadi balasan lelahnya 20 menit perjalanan, namun juga balasan segala keluh kesah sebelum dan selama PRUSA dilaksanakan. Dengan kembalinya panitia ke rumah masing-masing, dengan ini juga PRUSA 2019 menyampaikan pamit.

Kehadiran PRUSA diharapkan menjadi salah satu solusi atas masalah keterbelakangan desa-desa di Indonesia dan menjadi jembatan aspirasi antara warga desa dengan pemerintah daerah. Lebih dari itu, PRUSA juga diharapkan bisa mengikat hubungan diplomasi Indonesia dan Turki menjadi lebih erat, seperti yang dituturkan oleh Erol Öztamur, “Aku bisa memastikan hubungan Turki dan Indonesia jadi lebih erat berkat PRUSA. Terutama pengetahuan orang-orang Indonesia yang tinggal di Desa Mekarmanik. Mereka jadi tahu dan cinta Turki. Aku pun merasa senang berada di Indonesia bersama teman-teman PPI Bursa. Teman-teman PPI Bursa sudah melakukan hal mulia yang saya harap semua pemuda di dunia melakukan hal yang sama.”

Kata mereka tentang PRUSA

Mengapa ikut PRUSA?

  • Arief Budiman (Relawan - International Business, Wuxi Institute of Commerce) “Sudah komitmen sejak lama, bahwa kepulangan pertama ke Indonesia ini mau berkontribusi untuk Indonesia. Kebetulan pelaksanaan PRUSA pas ketika aku pulang ke Indonesia. PPIT Wuxi juga punya program Wins (Wuxi Inspirasi). Tiba-tiba aja kepikiran untuk bisa berkolaborasi dengan PPI Bursa untuk mengadakan seminar pendidikan tentang studi di luar negeri.”

  • Yani (Double Cabin Indonesia – Bogor) “Double Cabin Indonesia cabang Bogor memang intens di kegiatan sosial. Kami punya kegiatan sosial yang dikoordinasi oleh Divisi Sosial kami dan kegiatan sosial yang dikoordinasi oleh komunitas lain. Kami suka bekerja sama dengan komunitas lain. Makanya ketika PPI Bursa mengajak kerja sama untuk PRUSA, kami menyambut baik, selama waktu dan kesempatan cocok.”

  • Canan Çakır (Guru SMA Internasional Imam Hatip) “Pertama kali tahu Indonesia dari Ipek Yolu. Lalu aku datang ke acara Indonesia dan sejak saat itu mengikuti instagramnya PPI Bursa. Aku lihat PPI Bursa punya program-program yang bagus. Aku kenal orang-orang Indonesia juga baik. Maka ketika aku diajak ikut PRUSA, aku semangat sekali.”

  • Erol Öztamur (Founder International Damla Association) “Di Turki aku juga menjalankan kegiatan sosial seperti ini dengan misi membuat dunia lebih baik. Ketika aku tahu teman-teman PPI Bursa akan mengadakan kegiatan sosial serupa di Indonesia aku menyambutnya dengan baik. Aku juga datang ke Indonesia ingin melihat lebih banyak senyum-senyum orang Indonesia.”

Apa tantangan dan kesulitan yang dihadapi dalam PRUSA?

  • Usamah Taqiyuddin (Ketua Panitia PRUSA) “Tantangan adalah bukan hambatan apalagi keluh kesah yang harus disesalkan, tetapi tantangan lebih kepada kesungguhan untuk memperjuangkan dan mensukseskan.

    Perjuangan dimulai saat pembentukan Keluarga Besar PRUSA yang dikoordinasikan oleh Divisi Sosial, Budaya, dan Olahraga. Perekrutan dilakukan dengan sistem oprec dan closerec disesuaikan kebutuhan tiap divisi yaitu humas fundraising, acara, media, dan logistik. Setelah terbentuk 28 panitia namun dengan kondisi mahasiswa luar negeri yang pulang ke Indonesia dengan tujuan kumpul keluarga pada saat libur musim panas menjadi perjuangan besar dikarenakan banyaknya yang lepas komitmen dan memundurkan diri, namun atas keseimbangan kepanitiaan dicoba lagi me-lobby pelajar indonesia di Turki lainnya untuk dapat bergabung untuk menyeimbangkan amunisi kepanitiaan.

    Perjuangan lainnya juga disaat kondisi pembahasan konsep dan detail acara yang tidak bisa berpapasan secara langsung untuk dibahas, dikarenakan domisili tinggal para panitia PRUSA tidak satu lokasi dengan ditambahnya ada yang berdomisili di Medan, Riau, Samarinda, Balikpapan, Surabaya, Malang, Bandung, Bogor, dan sebagian di Jakarta. Namun kegigihan mengabdikan diri pada negeri tercermin oleh para panitia untuk membahas bersama detail acara dengan bermodal rapat online Skype. Tidak hanya itu keperluan fundraising (pencarian dana kegiatan) juga menjadi poros utama keseriusan kami membangun acara ini, dengan kondisi tim humas fundraising yang tidak banyak standby di Jakarta untuk pencarian sponsor namun semuanya bergerak dan men-support satu sama lain dengan memberikan relasi dan bahkan berlomba mencari kupon donasi kegiatan untuk pemenuhan kebutuhan anggaran.

    Sisa perjuangan lainnya tinggallah berikhtiar menembus birokrasi Pemda Lebak dan Banten yang sekiranya dapat men-support kegiatan kami, yang Alhamdulillah didukung juga oleh Dinas Pariwisata Lebak dan Banten.

    Perjuangan amat kian terasa di saat acara sedang terlaksana, di mana kesungguhan hati dan niat tulus ikhlas mengabdikan diri secara bersama pada negeri diuji saat itu. Berbagai macam problematika terus kita hadapi bersama dari misscom antar panitia PRUSA dan panitia desa serta hal hal teknis lain penunjang kesuksesan acara. Namun, kami sadari bersama sebuah permasalahan dan kesalahan itu perlu terjadi di setiap acara untuk dihadapi dan diberikan solusi bersama untuk pembelajaran dan pengalaman terbaik, yang salah adalah ketika menghadapi masalah dan kesalahan, kita malah menyesal dan tidak ingin memperbaikinya sehingga kita terkurung oleh belenggu penyesalan. Nikmati proses yang ada, dari terbentur, terbentur, dan terbentur, akhirnya akan menjadi terbentuk dan indah seperti proses pembuatan guci nan cantik menawan.”

  • Canan Çakır (Guru SMA Internasional Imam Hatip) “Memang ada kesulitan, misal enggak semua hal bisa aku mengerti terkendala bahasa, tapi teman-teman PPI Bursa selalu membantuku dan Meryem untuk berkomunikasi dengan warga desa. Aku senang melakukan apapun yang bermanfaat untuk orang lain. Bicara soal bahasa, aku jadi sedikit lebih paham bahasa Indonesia. Beberapa hari berkomunikasi dengan orang-orang Indonesia, meski tidak paham arti sebenarnya, aku bisa paham apa yang ingin teman-teman sampaikan. Ini penting bagiku sebagai guru bahasa Turki di SMA Internasional Imam Hatip, yang beberapa muridku adalah orang Indonesia juga.”

  • Ahmad Kharisma (Divisi Humas dan LO) “Sebagai LO yang setiap saat harus di sisi Erol dan Umut, terkadang aku kesulitan menerjemahkan bahasa Turki ke bahasa Indonesia atau sebaliknya dengan cepat. Tapi ada juga yang membantuku menerjemahkan beberapa waktu, seperti Sidqy. Untuk sikap mereka enggak ada yang menyulitkan. Aku pikir mereka cukup fleksibel, petualang, dan mudah diajak kerja sama.”

  • Erol Öztamur (Founder International Damla Association) “Aku pikir kesulitan yang aku rasakan ini hanya karena aku belum terbiasa saja. Orang-orang ingin mengobrol denganku, aku pun ingin berbincang dengan mereka. Tapi ada daya terkendala bahasa, meskipun kami masih bisa berkomunikasi atas bantuan penerjemah, tapi rasanya tidak sama dengan berbincang secara langsung. Kesulitan kedua adalah aku belum terbiasa dengan makanan Indonesia. Kesulitan selanjutnya adalah ketika bermalam di Baduy. Aku sangat tertarik berkunjung ke tempat baru, berkenalan dengan orang baru. Di Baduy pun aku sangat senang saat sesi bincang-bincang di malam hari bersama warga lokal. Tapi setelahnya aku enggak bisa tidur karena merasa tidak nyaman; sepanjang malam orang Baduy keluar masuk rumah untuk jual beli (rumah yang ditinggali merupakan rumah RT di kampung Cikeusik Baduy Luar dan terdapat warung di dalamnya). Kalau aku datang lagi ke Baduy, aku akan berkunjung dan berbincang, tapi tidak akan bermalam di sana.”

Bagaimana orang Indonesia dipandanganmu?

  • Canan Çakır (Guru SMA Internasional Imam Hatip) “Aku pernah mengikuti acara kepemudaan dari Uni Eropa, ada satu hal yang membedakan orang-orang di sana dengan orang-orang Indonesia di sini. Orang-orang Indonesia jauh lebih tulus. Mereka melayani tamu dengan sangat baik. Meskipun di Turki pun ada budaya mencium tangan, tapi bagiku mengalami langsung tanganku dicium anak-anak SD sebelum masuk kelas adalah hal istimewa. Benar slogan PPI Bursa, Hangat Bersahabat; satu sama lainnya saling membantu dan melengkapi. Aku terkesima dengan kerja sama teman-teman PPI Bursa. Membuat semua aktif, tersenyum tulus dan bahagia adalah pekerjaan sulit, tapi di PRUSA ini hal itu dengan ajaib terjadi.”

  • Erol Öztamur (Founder International Damla Association) “Semua orang Indonesia yang aku kenal sejak di Turki lucu-lucu. Mereka selalu bisa membuatku tertawa. Mereka juga murah senyum, mampu membawa orang lain yang melihatnya ikut tersenyum. Aku rasa dunia membutuhkan lebih banyak orang yang murah senyum seperti orang Indonesia.

    Aku pernah melakukan kegiatan sosial ke beberapa negara, seperti Tunisia, Mesir, Suriah, Palestina, Kosova, Albania, Dogu Turkistan, Malaysia. Dalam waktu dekat, aku dan teman-temanku merencanakan kegiatan sosial di Jerman. Di Tunisia aku menginisiasi kegiatan sosial sendiri ketika aku sedang traveling ke sana. Aku memberikan balon kepada anak-anak di jalan dan menjelaskan kepada mereka sedikit tentang Turki.

    Awalnya aku tidak melihat perbedaan Indonesia dengan negara-negara yang sudah aku kunjungi lebih dulu. Kemudian aku menyadari budaya senyum orang Indonesia adalah hal yang istimewa, enggak semua negara punya budaya yang sama dalam hal ini. Orang-orang Indonesia murah senyum sekali, sekalipun keadaan mereka tidak mudah. Di negara kami sendiri, kami kesulitan membuat orang-orang tersenyum. Di beberapa negara, orang-orang yang aku temui dan kuberi balon, mereka bertanya kepadaku, “Mengapa kamu memberiku balon? Apakah kamu juga akan memberiku uang?” pertanyaan-pertanyaan seperti itu sedikit mengganggu niat tulusku membuat mereka tersenyum. Tapi ketika di Indonesia, tidak satupun anak bertanya padaku, mereka malah mencium tanganku dan mengucapkan terima kasih. Orang-orang Indonesia sangat hormat.

    Aku bisa memastikan hubungan Turki dan Indonesia jadi lebih erat berkat PRUSA. Terutama pengetahuan orang-orang Indonesia yang tinggal di Desa Mekarmanik. Mereka jadi tahu Turki dan jadi cinta Turki. Ditambah kita adalah saudara sesama muslim.”

Apa hal yang paling berkesan di PRUSA untukmu?

  • Canan Çakır (Guru SMA Internasional Imam Hatip) “Hal favoritku adalah mengajar Bahasa Turki di SD. Anak-anak di sana sangat lucu dan cerdas, mereka langsung bisa menangkap apa yang aku ajarkan. Momen di Baduy juga jadi hal berkesan untukku. Menurutku, sekadar berkunjung saja sangat bagus. Aku sangat menikmati obrolanku dengan orang-orang Baduy karena mereka sangat menarik. Tapi untuk bermalam di sana aku tidak menikmati, karena aku tidak bisa tidur. Aku juga menikmati Pantai Tanjung Lesung, kuharap lebih banyak waktu bisa kuhabiskan di sana. Pasti aku akan ke Indonesia lagi nanti. Oh iya, banyak yang enggak menyangka aku suka sambal pedas. Aku juga suka nasi kuning, tempe dan ikan kecil (teri). Kira-kira aku bisa bawa sambal ke Turki gak ya? Sedangkan anakku hampir setiap hari lebih memilih makan indomie. Dia sangat suka indomie. Awal-awal ia hanya memakan bumbunya setengah saja, karena bumbu Indomie asli sangat kuat. Tapi di hari-hari terakhir dia mencoba memakan semuanya.”

  • Erol Öztamur (Founder International Damla Association) “Aku merasakan kembali hidup di desa Turki yang penduduknya masih sangat sederhana, termasuk dalam penggunaan air dan listrik, tapi mereka lebih nyaman dan bahagia dalam menjalani hidup. Begitu pula dengan warga Desa Mekarmanik. Meski air mereka terbatas, tapi senyum mereka tak terbatas. Sama halnya dengan orang Baduy. Waktu aku bermalam di Kampung Baduy, tidak ada kasur sama sekali. Meski begitu, mereka tidak melihatnya sebagai kekurangan, tapi sebagai gaya hidup sederhana yang patut disyukuri. Bagiku hidup seperti itu sangat berharga, membuatku sangat senang datang ke Indonesia. Juga perjalanan hari terakhir menurutku sangat panjang dan menarik, tapi juga sangat melelahkan.”

  • Inu (Double Cabin Indonesia - Bogor) “Menurut saya momen bermalam di Baduy. Saya sering pergi ke mana-mana, tapi begitu masuk ke Baduy, wah, beda banget, seperti masuk ke dunia baru. Kalau ada kesempatan, saya mau ke Baduy lagi. Saya melihat Baduy hanya merupakan kampung adat biasa yang masyarakatnya sangat sederhana. Saya tidak merasakan hal-hal mistis yang dibicarakan orang-orang. Mereka hanya menjaga alam mereka dengan kearifannya, begitu juga yang seharusnya kita lakukan.”

  • Arief Budiman (Relawan - International Business, Wuxi Institute of Commerce) “Semua momen bersama anak SD dan kegiatan sosial di masyarakat berkesan banget untukku. Oh iya, satu lagi, saat seminar pendidikan di SMPN 1 Bojongmanik. Pesertanya seru!”

Apa yang kamu dapatkan dari PRUSA?

  • Annisa Istiani Ulfa Safira (Relawan - Sejarah Peradaban Islam, UIN Jakarta) “Aku dapat pengalaman berharga yang sebetulnya enggak bisa dihargai berapapun dan juga teman baru. Jalan-jalannya asik juga untuk refreshing.”

  • Lintang Istiqomah (Relawan - Bahasa dan Sastra Arab, UIN Jambi) “Aku dapat pengalaman. Aku juga bisa tadabur alam bersama keluarga baru. Selama semuanya dilakukan bersama jadi seru banget!”

  • Salma Novyanti (Relawan - Bahasa dan Sastra Turki, Anadolu University) “Pengalamanku bertambah. Aku pribadi sangat rela berkorban 6 hari demi berguna untuk masyarakat. Meski awalnya takut merasa asing, tapi ternyata PPI Bursa sangat menyambut dengan hangat.”

Apa harapanmu untuk PRUSA selanjutnya?

  • Usamah Taqiyuddin (Ketua Panitia PRUSA) “Harapan terbesarnya ke depan terutama bagi generasi penerus PPI Bursa yang akan mengambil tonggak kepeminpinan, agar terus mengagendakan kegiatan pengabdian negeri PRUSA ini dengan terus meng-upgrade apa yang perlu ditambah sehingga optimalnya program Desa Berdaya PRUSA dari tahun ke tahunnya memiliki hal yang baru tanpa mengurangi hal baik yang sudah ada dan patut dilanjutkan. Karena pada dasarnya sebuah progress itu diperlukan dan upgrade itu menjadikan cita rasa kegiatan semakin menarik untuk dihadirkan kembali karena adanya ide ide segar demi tersalurkannya sebuah makna terdalam dari kalimat ‘Inspirasi Bangsa dari Bursa untuk Desa’.” [jr7]
Ya!Magz

Ya! Magazine 2024. All rights reserved.

INSTAGRAMPPI BURSA

READ

ArticlesMagazinesAuthors

CONTACT US