Category:

Knowledge Center

Sejarah Vaksin Dunia

April 25, 2021ยท4 min read
Sejarah Vaksin Dunia

Akhir Desember 2019, dunia digemparkan dengan penemuan virus yang dapat menyebar dengan cepat. Kasus pertama terjadi di Kota Wuhan, Cina. Virus itu bernama virus corona atau 2019-nCoV. Pada 2 Maret 2020, untuk pertama kalinya pemerintah mengumumkan dua kasus pasien positif COVID-19 di Indonesia. Namun beberapa pakar memperkirakan virus corona sudah masuk ke Indonesia sejak Januari 2020. Hingga Kamis, 1 April 2021 tercatat sudah 2,81 juta jiwa korban dari virus corona di seluruh dunia. Dengan total kasus mencapai 129 juta dan angka kesembuhan mencapai 73 juta. Virus corona ini benar-benar menjadi perhatian seluruh dunia, di mana semua negara bahu membahu untuk segera menemukan solusi untuk menyelamatkan umat manusia dari serangan virus corona. Salah satu solusi yang terbaik adalah dengan menemukan vaksin guna menghentikan bertambahnya korban jiwa akibat virus corona. Hingga kini sudah banyak kolaborasi antarnegara dan perusahaan farmasi untuk menemukan vaksin virus corona. Kolaborasi dan kerja sama itu sudah menghasilkan beberapa produk vaksin virus corona seperti Oxford-AstraZeneca, Sinopharm, Moderna, Novavax, Pfizer-BioNTech, dan Sinovac.

Karena vaksin virus corona bukanlah vaksin pertama yang ditemukan oleh manusia, bagaimana sebenarnya sejarah penemuan dan pengembangan vaksin di dunia?

Istilah vaksin mulai dikenal pada tahun 1796 ketika vaksin cacar pertama kali ditemukan. Namun, sebelumnya pada tahun 900, dokter atau ilmuwan di Cina sudah memulai melakukan usaha penemuan vaksin. Usaha dokter dan ilmuwan di Cina itu menghasilkan variolasi, yaitu "embrio" penemuan vaksin atau bentuk lama dari vaksin. Variolasi adalah proses memindahkan virus cacar dari lesi penderita cacar ke orang-orang yang belum terkena cacar, dengan tujuan untuk mencegah infeksi cacar menjangkit orang-orang itu. Variolasi mulai menyebar ke daratan Eropa pada abad ke-18 ketika wabah cacar menjangkit Eropa. Dengan hadirnya variolasi ke daratan Eropa, tingkat kematian akibat cacar dapat berkurang pada saat itu.

Vaksin pertama kali ditemukan oleh seorang dokter dari Inggris yang bernama Edward Jenner pada tahun 1796. Vaksin yang pertama kali ditemukan adalah vaksin untuk mencegah penyebaran penyakit cacar yang mematikan pada saat itu. Dokter Edward Jenner berhasil menemukan vaksin untuk cacar setelah melakukan pengamatan kepada penduduk lokal di Berkeley, Inggris yang mayoritas berprofesi sebagai peternak. Penduduk setempat yang memerah sapi sering kali terinfeksi oleh cacar sapi (cowpox) yang menyebabkan muncul lesi putul pada tangan dan lengan.

Hasil pengamatan Dokter Edward Jenner adalah peternak yang pernah terinfeksi dengan cacar sapi menjadi kebal terhadap infeksi variola yang sedang mewabah di Berkeley pada saat itu. Dengan inspirasi dari pengamatan kepada masyarakat Berkeley, Dokter Edward Jenner memulai penelitian klinisnya. Dokter Edward Jenner mengambil lesi cacar sapi dari tangan seorang pemerah susu dan menularkan seorang anak berusia 8 tahun dengan virus cacar sapi. Enam minggu setelah itu Dokter Edward Jenner melakukan variolasi, yaitu memindahkan pus dari lesi aktif seseorang yang menderita variola ke lengan orang yang belum pernah menderita variola dengan menggunakan jarum. Variolasi yang dilakukan kepada anak berusia 8 tahun yang 6 minggu sebelumnya sudah ditularkan cacar sapi ternyata tidak menyebabkan anak itu terinfeksi oleh variola dan tetap sehat. Itulah awal penemuan vaksin yang kemudian terus dikembangkan agar dapat diaplikasikan secara global.

Istilah vaksin digunakan oleh Dokter Edward Jenner karena penawar dari variola berasal dari sapi, yang mana dalam bahasa latin sapi disebut vacca. Hingga pada 1886, Louis Pasteur, seorang ahli kimia, menemukan vaksin untuk rabies. Sejak penemuan vaksin untuk rabies itulah istilah vaksin menjadi lebih umum di masyarakat luas, yaitu suspensi berisi mikroorganisme yang telah dilemahkan atau dinonaktifkan, yang berfungsi untuk menimbulkan kekebalan dan mencegah infeksi dari suatu penyakit yang menular.

Sejak saat itu, vaksin terus dikembangkan dan menjadi salah satu pilar utama untuk mencegah penyakit menular. Salah satu kesuksesan vaksin terbesar adalah ketika WHO berhasil menghapuskan cacar dengan memperluas cakupan vaksinasi cacar hingga ke seluruh dunia di tahun 1956. Pada tahun 1980, cacar dinyatakan telah tereradikasi. Selain cacar, beberapa penyakit lain yang vaksinnya sudah ditemukan adalah campak, polio, pertusis, difteri, dan tetanus.

Vaksin COVID-19 juga sudah mulai ditemukan dengan bermacam dinamika yang terjadi di dunia. Semoga vaksin yang sudah ditemukan dapat menghentikan angka kematian akibat COVID-19 dan menjadikan kita kebal terhadap COVID-19. [shb]

Ya!Magz

Ya! Magazine 2024. All rights reserved.

INSTAGRAMPPI BURSA

READ

ArticlesMagazinesAuthors

CONTACT US