Category:

Knowledge Center

Duck Syndrome, Masalah Psikologisnya Kawula Muda

February 7, 2022·5 min read
Duck Syndrome, Masalah Psikologisnya Kawula Muda

Pernah ga sih teman-teman melihat seekor bebek yang sedang berenang dengan tenang di atas air? Ia bergerak ke sana kemari menikmati senja di ujung hari, padahal di bawahnya ada seonggok kaki yang sedang bersusah payah bergerak agar si bebek tidak tenggelam ke dalam air.

Kejadian ini kita analogikan dengan seseorang yang masih muda, enerjik, dan tak kenal yang namanya lelah. Menikmati hidupnya dan terkesan tak ada halangan untuk dirinya meraih kesuksesan yang dia capai sekarang. Namun, siapa sangka bahwa di belakang itu semua, ada segudang masalah yang ia tutupi agar dirinya terlihat baik-baik saja. Nah, kondisi ini dikenal dengan istilah duck syndrome.

Duck syndrome atau sindrom bebek pertama kali diperkenalkan di Stanford University, Amerika Serikat, yang disebabkan oleh para mahasiswanya yang seakan-akan mudah dalam menggapai berbagai hal, jadi seakan-akan kecemasan, keraguan dan usaha mati-matian adalah aib bagi mahasiswa yang bersekolah di sana.

Sebenarnya apa sih yang menjadikan mereka melakukan itu semua? Mengapa mereka memilih untuk diam saja daripada bercerita dan berkeluh kesah tentang masalah-masalah yang sedang mereka hadapi? Daripada bingung, yuk kita ulik satu per satu penyebabnya.

Penyebab dan Gejala Duck Syndrome

Sebelum kita lanjut ke pembahasan mengenai penyebab terjadinya duck syndrome, penulis sedikit ingin menjelaskan tentang fenomena ini. Menurut medicinenet.com, duck syndrome sendiri belum diakui secara resmi sebagai penyakit mental. Jadi, fenomena ini adalah hal yang kerap terjadi khususnya pada para pelajar dan individu yang beranjak dewasa.

Tanpa basa-basi dan iklan lewat lagi aku persembahkan pada kalian beberapa faktor penyebab terjadinya duck syndrome:

  1. Faktor keluarga
    Faktor pertama ini penyebab utamanya adalah orang tua yang mengasuh anaknya dengan menggunakan metode helicopter parenting, pola asuh ini terlalu mengawasi sang anak sehingga menjadikan sang anak merasa dirinya perlu untuk menunjukkan bahwa dirinya baik-baik saja, yang pada akhirnya menjadikan anak rentan terkena sindrom ini.

  2. Faktor teman dan lingkungan
    Faktor ini penyebab utamanya dibagi menjadi dua bagian. Bagian pertama disebabkan oleh media sosial dan bagian kedua disebabkan oleh peristiwa traumatis, seperti pelecehan seksual, verbal, dan fisik.

    • Kita bahas dulu bagian pertama, siapa sih manusia di zaman ini yang hidup di perkotaan namun tidak mengenal dan menggunakan media sosial? Nah, dari media sosial ini kerap kali kita terganggu oleh mereka yang sudah sukses dan mapan, tanpa tahu kesulitan apa yang sudah mereka lewati. Alhasil jiwa kita merasa bahwa menjadi sukses itu bisa loh tanpa kesulitan yang berarti.
    • Pernah ga kalian ketika sedang cape-capenya terus ada teman yang curhat, dan ketika kalian tau masalah dia ga lebih berat dari masalah yang kalian sedang hadapi, keluarlah dari mulut kalian kalimat “yaa elah baru gitu doang, jangan cengeng ah, lemah banget”. Seketika kalimat itu pasti akan meluluhlantakkan sendi teman kalian, menjadikannya rapuh dan pada kemudian hari, jika dia mempunyai sebuah masalah, dia hanya memendamnya sendiri karena takut dicemooh lagi.
  3. Faktor diri sendiri
    Pada faktor ini penyebab utamanya adalah perfeksionisme dan self-esteem. Apa sih self-esteem? Adalah cara orang dalam memandang, menghargai, dan mencintai dirinya sendiri. Rendahnya self-esteem dalam diri seseorang dapat meningkatkan risiko seseorang mengalami gangguan duck syndrome dikarenakan tidak bisa menerima dirinya sendiri.

Tanda dan gejala duck syndrome tidak jelas, sering kali ditandai dengan depresi dan gangguan kecemasan. Namun yang dititikberatkan adalah penderita akan merasa cemas, gugup, dan tertekan secara mental, namun tetap memaksakan diri untuk tampil bahagia karena mempunyai kecenderungan untuk menganggap diri mereka sedang diawasi oleh orang lain sehingga harus menunjukkan kemampuannya dengan semaksimal mungkin.

Di level yang lebih kronis, penderita sering merasa susah tidur, pusing, dan susah untuk berkonsentrasi dalam pekerjaannya. Hal ini bisa terjadi karena mereka suka membandingkan dirinya dengan orang lain dan merasa hidup mereka lebih sempurna dari hidupnya, atau yang biasa kita sebut dengan overthinking.

Tips Menghindari dan Menangani Duck Syndrome

Sebagai kaum milenial yang hidup di zaman yang serba cepat ini, kemampuan kita pun dituntut untuk terus mengikuti perkembangan zaman. Di samping itu kita juga harus melihat kesehatan mental kita, karena apabila duck syndrome ini terus dibiarkan dan tidak ditangani, besar kemungkinan untuk membuat penderita terkena depresi berat bahkan muncul ide untuk bunuh diri.

Oleh karena itu, apabila merasa diri kita atau teman kita terkena sindrom ini, cara paling tepat untuk dilakukan adalah dengan berkonsultasi dengan psikiater atau psikolog. Jangan malu apalagi tersipu untuk meminta saran mereka, karena pada zaman ini tidak semua orang dapat memahami kita.

Apabila sudah berkonsultasi dan menemukan diagnosanya, yuk simak tips-tips berikut ini:

  • Belajar untuk mencintai diri sendiri
  • Luangkan waktu di sela-sela pekerjaan, untuk mengembalikan konsentrasi pada otak kita
  • Ubah pola pikir menjadi lebih positif dan berhenti membandingkan diri dengan orang lain
  • Jauhi media sosial dalam beberapa waktu
  • Liburan bersama teman untuk melepas penat

Jadi setelah membaca artikel ini, penulis harap teman-teman semua bisa lebih menghargai diri kita masing-masing, semua orang punya batas, dan titik start-nya tersendiri, jadi bila masih beranggapan diri kita tidak boleh mengeluh, ingatlah cerita Nabi Muhammad setelah menerima wahyu pertama, beliau menggigil dan meminta bantuan kepada istri tercintanya, Khadijah.

Jika ada masalah, ceritakan. Jika merasa belum bisa membanggakan, pelan-pelan saja berjalan. Toh seorang Nabi Nuh berdakwah hingga 900 tahun pun tetap semangat berdakwah walau pengikutnya tidak setara dengan lamanya beliau berdakwah. Jadi, selamat berproses semuanya! [shb]

Referensi
https://www.alodokter.com/duck-syndrome-gangguan-psikologis-yang-banyak-dialami-orang-dewasa-muda
https://www.ruangguru.com/blog/duck-syndrome

Ya!Magz

Ya! Magazine 2024. All rights reserved.

INSTAGRAMPPI BURSA

READ

ArticlesMagazinesAuthors

CONTACT US